"Surat Cinta Buat Masyarakat Adat"
Pertama-tama kami Patut mengucapkan Syukur kepada Allah, Alam, dan Leluhur Bangsa Papua atas memberi Nafas hidup, perlindungan, serta pertolonganya.
Surat ini sa buat dengan penuh harapan & kasih Sayang paling mendalam buat Masyarakat Adat Papua yang merasa kehilangan Tanah Adat, di lembar sejarah manusia Papua. Masyarakat Adat manusia paling mulia di hadapan Tuhan, Alam, dan Leluhur karena Tanah dan hutan yang di wariskan masih melindungi, menjaga, dan merawat sampai detik ini. Bahkan manusia yang hidup di Tanah Papua, menafkai kehidupan sehari-hari dari hasil Tanah Masyarakat Adat.
Tanah masyarakat Adat Mamta, Saereri, Animha, Lapago, MeePago, Domberai, dan Bomberai sungguh luar biasa memberikan kontribusi buat semua manusia di dunia dan juga lebih khususnya manusia yang hidup di atas Tanah Papua.
Manusia di dunia perlu sadari bahwa Tanah Masyarakat Adat yang membuat kamu hidup istimewa di dunia. Jika keistimewaan itu datang dari Masyarakat adat, minta Mohon kepadamu, jangan melontarkan kalimat serta tindakan kepada masyarakat Adat Kuno. Karena kehidupan Kuno mereka yang membuat kamu sejahtera, makmur, dan merdeka dalam hidup kamu.
Masyarakat Adat di Papua tra pernah pergi ke Tanah Leluhur orang lain mencari nafka kehidupan dengan cara merampas tanah, mencuri, dan merampok. Tetapi catatan dalam lembar sejarah Masyarakat Adat Papua, yang mencuri, merampok, dan merampas harta masyarakat Adat adalah orang yang datang dari Luar Tanah Papua.
Orang Datang dari luar Papua dengan memiliki semboyan 3G yakni Gold (mencari kekayaan dengan berdagang), Glory (mencari kejayaan dengan meluaskan daerah jajahan), dan Gospel (menyebarkan agama Nasrani).
Berdasarkan semboyan itu Tanah Adat hilang, hutan Adat di tebang habis, minyak bumi di kuras, dan Emas kita di Eksploitasi, bahkan Masyarakat Adat di Singkirkan dari atas Tanah mereka.
Hukum akumulasi modal tidak peduli terhadap hukum Alam dan manusia karena itu wataknya Kapitalisme. Masyarakat Adat perlu tau bahwa dulu pada tanggal 7 April 1967 Freeport Masuk di Papua Wilayah Adat Suku Angmume & Kamoro itu tanpa Se izin masyarakat pemilik ulayat. Setelah itu banyak sekali Perusahaan masuk beroperasi di Papua sewenang-wenang dan banyak masyarakat adat mengalami kesulitan atas Tanah mereka.
Dahulu kala itu Tanah Masyarakat Adat Papua hidup dari hasil produktifitas ekonomi tradisional, hutan, dan Tanah masih utuh, tetapi setelah Masyarakat Adat Papua bersentuhan dengan bangsa Eropa, eksistensi masyarakat Adat Papua terancam punah. Masyarakat Adat dulunya bertahan hidup dari hasil ola Tanah, tetapi kini Masyarakat Adat Papua hidup dari hasil jual Tanah, Semua ini terjadi karena faktor kapitalisme yang mempunya sifat dan karakter ingin memiliki dan mencari nilai lebih.
Saran dari sa!
1. Jangan Jual Tanah Adat, mempertahankan dan merawat Tanah agar Tanah memberimu hidup.
2. Masyarakat Adat Jangan memberi izin kepada bangsa Asing untuk penebangan hutan karena hutan memberimu kehidupan, kalau hutan habis kamu akan musnah & habis.
3. Wahay Masyarakatku..Hiduplah dari hasil ola Tanah, jangan hidup dari hasil jual Tanah. Jika kamu hidup dari hasil jual Tanah, anak cucumu terancam punah karena hak hidup mereka kamu jual habis.
4. Papua Tanah Air Kita, bukan Tanah orang mereka yang datang dari luar sana. Jaga Tanah, jaga hutan, jaga semua sumber Daya Alam karena itu Warisan Leluhur kita.
5. Papua Bukan Tanah Kosong! Ada Kita pemilik Tanah Papua, Kulit Hitam Rambut keriting, Ras negroid, rumpun Melanesia.
Oleh: Vara Iyaba
#PAPUA_BUKAN_TANAH_KOSONG
#TANAH_AIR_MILIK_KITA
#TUTUP_MATA_LAWAN_BALIK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar