This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 07 Januari 2023

Indonesia Pembajak Anjing Penjaga Kapitalisme & Imperialisme Monopoli.

Kapitalisme tidak peduli dengan kemiskinan, penderitaan, kelaparan, dan Penindasan secara masif terhadap Orang Asli  Papua. Pendukung Kapitalisme adalah sistemik kolonialisme secara terstruktur untuk mendapatkan keuntungan nilai lebih. Kolonialisme di manfaatkan oleh negara Imperialisme hanya untuk mangatur regulasi atau memuluskan Hukum Akumulasi atas  kepentingan Imperialisme Monopoli membuka ladang Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA), di wilayah kolonialisme itu sendiri. 

Kita melihat kembali Kritikan Marxis terhadap reaksi Kapitalisme ke abad 20, karena faktor struktur tidak seimbang, Kelas paling dibawah adalah Pekerja (proletar), dan kelas atas (Borjuis). Kelas 1 & 2 itu di ciptakan dengan muatan kepentingan ekonomi politik kelas atas dalam hal ini Imperialisme dan Neonolonialisme. Aktivitas Kelompok kelas bawah atau kelas tertindas selalu Bertani, berburuh, Beternak,  bahkan tenaganya  1 x 24 jam di eksploitasi habis habisan untuk kepentingan imperialisme mendapatkan nilai lebih atau mendapatkan modal berlipat ganda. 


Struktur Kapitalisme bisa melanggengkan  dengan aman ketika Militerisme menjaga dan mengawasi sistem akumulasi modal, karena Militer sebagai instrumen Kapitalisme dan pengaman investasi milik para Pemodal. Dan praktik Militerisme lebih cenderung menciptakan kejahatan refresif, agresif,  Reaksioner, otoritanianisme, dan tunjukan watak arogansi karena militer salah satu Alat Manufer politik imperialisme yang punya kepentingan didalam wilayah kekuasaan Kolonialisme dan militer TNI POLRI di Papua, Pembajak anjing penjaga investasi di Papua Barat.

Contohnya kita saksikan sendiri bahwa pada tahun 2018 sampai 30 November 2022 76.250 ribu pengungsi tercipta di Nduga, Kepulauan Yapen, Intan jaya, Maybrad, Yahukimo, dan Pengunungan Bintang.
76.250 Warga sipil Papua di usir secara paksa oleh (TNI/POLRI), dengan itu sesuai peta investasi untuk warga sipil harus di gusur agar investasi bisa berjalan dengan mulus tanpa hambatan.  

Dan pengungsi warga sipil Papua tercipta, ada keterlibatan Gubernur Papua (Lukas Enembe) karena pada 24 juli 2020 Lukas Enembe selaku Gubernur Papua memberikan Surat Rekomendasi "Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) Kepada Direktur utama PT. Mining Industry Indonesia (MIND ID).
Dari sini kita Rakyat tertindas di Papua bisa melabelkan bahwa Elit Politik Papua yang bekerja didalam sistem birokrasi kolonial sebagai Pilar Pilar kekuasaan jakarta di West Papua. Dan Elit politik Papua sebagai anjing Penjaga Sistem Penindasan an antek antek para pemodal / Kapital. 

Persoalan kebangsaan kita Rakyat tertindas di Papua tidak bisa gantungkan kepada para elit politik birokrasi, karena mereka adalah anjing penjaga sistem penindasan jakarta.
Mata rantai penindasan bisa putus ketika Rakyat berpolitik didalam organisasi perjuangan yang ada di Tanah Air West Papua. 

Che Guevara menegaskan bahwa; Revolusi bukanlah buah apel  yang  jatuh ketika sudah matang, tapi kamu yang harus membuatnya jatuh. Penegasan ini kita lantas berpikir bahwa perjuangan kemerdekaan sesungguhnya ada pada kekuatan Rakyat tertindas untuk menggakhiri penderitaan dan membawah pembebasan Nasional bagi Bangsa Papua Barat. 

Kaum Revolusioner Papua harus berpikir dan bertindak untuk mengatur kekuatan sistem perlawanan untuk menentang kekuasaan kolonialisme, bukan mengatur sistem perpecahan dan ambisi jabatan organisasi Perjuangan. Rakyat sudah merasa jenu dengan dinamika perpecahan didalam internal gerakan perjuangan dengan faktor ambisius jabatan untuk mencari nama besar. 

Revolusi bisa berakhir kapan saja ketika pejuang Papua sebagai pilar pilar bangsa tertindas bersatu didalam wada persatuan, dan bersatu dalam agenda untu menentang segala kebijakan sistem monopoli. 
Keyakinan Rakyat bahwa Papua Pasti Merdeka, namun dengan harapan Pejuan Papua harus bersatu dalam satu wada Perjuangan agar arah kemajuan Perjuangan terlihat jelas.

#Salam_Pembebasan !! 
#PAPUA BUKAN TANAH KOSONG !!
#TUTUP_MATA_ LAWAN BALIK !! 



Selasa, 03 Januari 2023

Judul Buku "Teologi Pembebasan", yang di tulis Oleh (Francis Wahono Nitiprawiro) ini pernah di terbitkan oleh penerbit Sinar Harapan Jakarta tahun 1987, tetapi pada tahun itu buku ini di larang beredar karena dianggap Buku ini menyebarkan ide atau gagasan Marxisme & Leninisme yang akan menganggu stabilitas negara.

Buku yang Berjudul "Teologi Pembebasan" 
______________________________________
Buku "Teologi Pembebasan" yang di tulis Oleh (Francis Wahono Nitiprawiro) ini pernah di terbitkan oleh penerbit Sinar Harapan Jakarta tahun 1987, tetapi pada tahun itu buku ini di larang beredar karena dianggap Buku ini menyebarkan ide atau gagasan Marxisme & Leninisme yang akan menganggu stabilitas negara. 

Teologi Pembebasan adalah sebuah paham tentang peranan agama & Adat dalam ruang lingkup lingkungan sosial Politik di Fase Kapitalisme. Dengan kata lain Teologi Pembebasan  suatu usaha kontekstualisasi ajaran-ajaran atau nilai keagamaan dan Tradisi Adat  pada masalah konkret di Papua Barat. Teologi Pembebasan adalah upaya berteologi secara kontekstual.

 Teologi Pembebasan yang diterjemahkan dari Bahasa Inggris (Liberation Theology) menjadi keharusan bagi kegiatan gereja-gereja dalam komitmen pada kehidupan sosial, Politik, dan Ekonomi. Teologi pembebasan lahir sebagai respons terhadap situasi ekonomi dan politik yang dinilai menyengsarakan rakyat.

Buku ini Bercerita juga tentang Kobobrokan situasi cengkraman Kolonialisme di fase Kapitalisme, mengirim sinyal kritik pedas kepada yang sedang berkuasa. Dan mengkritisi kebijakan negara & para teologi yang sedang bermain jiwa & hati. 

Ketidakberdayaan mengembangkan pemikiran dan tindakan kebijakan yang mampu menyiasati "modernisasi" yang berupa globalosasi tersebut membuat mereka memilih jalan pertahanan eksistensi yang asal asalan. 

Istilah "Pembangunan" di beri daya magis, sementara istilah "Pemberdayaan" Belum lazim di pakai. Penyalagunaan uang dan jabatan di beri nama "Pemborosan" sementara mempergunakan istilah "Korupsi" atau "KKN" (Korupru, Kolusi, dan Nepotisme) di tabukan. Bicara soal "Kemiskinan" adalah Dosa, namun bicara "kesetiakawanan sosial" menjadi semboyan kosong belaka. 

Cara demikian tidak lain menunjukan kekalapan sosial, frustasi sosial ketradisi Adat atau Agama yang tidak jarang menghalalkan cara cara destruktif; cara - cara kekerasan yang justru mencoreng muka tradisi Adat atau Agama itu sendiri. Negara Kebalnya  politisasi Adat dan Agama oleh para petualangan politik praktis dengan kepentingan ekonomi sesaat.
 Eksistensi Tuhan terhadap umat manusia di bunuh oleh parasit parasit negarawan, dengan kepentingan politik praktis melangenkan kekejaman dan kekejian terhadap umat Tuhan. 

Buku "Teologi Pembebasan" mempoklamasikan untuk semua orang beriman tanpa memandang Agama dan Tradisi_Adat; sebuah teologi universal yang mengampu masyarakat plural. 
Teologi Pembebasan amat pekat dengan kesadaran akan pentingnya tradisi Adat dan historisitas budaya masyarakat hukum Adat & masyarakat marjinal. 

"Pembebasan Anak Anak Bangsa"
Teologi Pembebasan juga menyiasati globalisasi dengan menawarkan paradigma dan cara bertindak yang membebaskan manusia, atau praksis dari segala macam kedosaan. Dalam tradisi pemikiran keagamaan, selain dosa pribadi, dosa sosial, dosa ekonomi, dosa politik, dosa hukum, dosa budaya, bahkan dosa dari segalah dosa; yakni dosa Asali. 

Paradigma Pembebasan adalah penegasan dari paradigma penyelamatan. Intinya bahwa manusia di ciptakan dengan citra Allah yang kudus, artinya bebas dari segalah bentuk dosa, namun dengan kesombongan dan keserakahannya ia kehilangan kebebasanya, terkungkung dalam penjara dosa dan kegelapan. Semuanya kalau di telusuri jiwa dan rohnya untaian nilai nilai luhur pembentukan Pembebasan, sebuah alternatif terhadap paradigma globalisasi. Bahwa Pembebasan itu dimiliki hanya oleh "Anak Anak Bangsa tertindas" yang mampu mendoprak gerbang Pembebasan Bangsa dari cengkraman Kolonialisme Indonesia, Kapitalisme Amerika, dan sekutunya. 

Teologi Pembebasan adalah sebuah paham tentang peranan agama & Adat dalam ruang lingkup lingkungan sosial Politik di Fase Kapitalisme. Dengan kata lain Teologi Pembebasan  suatu usaha kontekstualisasi ajaran-ajaran atau nilai keagamaan dan Tradisi Adat  pada masalah konkret di Papua Barat. 

Teologi Pembebasan adalah upaya berteologi secara kontekstual dengan kondisi sosial, bukan Negara  politisasi Adat dan Agama  politik praktis dengan kepentingan ekonomi sesaat. Situasi objektif di Papua agama & Adat di pelacurkan dengan kepentingan Hukum Akumulasi modal bagi konglomerat.

Penulis Oleh: 
Aktivis GempaR Papua 
( Varra Iyaba )
 












Kamis, 15 Desember 2022

Melawan Lupa !! Riwayat Kematian Sang Revolusioner (Hubertus Mabel) Wamena 16 Desember 2012_16 Desember 2022.

Riwayat Kematian Sang Revolusioner (Hubertus Mabel).
 
Hubertus Mabel adalah seorang Pejuang Kemerdekaan bangsa West Papua. Kita kembali melihat dengan sejarah Mahasiswa Papua Exsodus dari Jawa, bali, sulawesi, makasar, Manado dan Malang ke Papua dari tahun 2007 sampai tahun 2008,   Hubertus Mabel salah satu Mahasiswa Exsodus dari Manado datang ke Papua pada tahun 2008. 

Setelah Hubertus Mabel dengan kawan-kawan tiba di Papua kota Jayapura, bertemu dengan  kawan-kawan Mahasiswa Papua kuliah di Ta nah Air  dan saat itu membuka Posko induk di lapangan Theys Hiyo Eluay. Pada saat itu kawan-kawan Mahasiswa menyambut kedatangan Hubertus Mabel bersama Kawan-kawan  dengan suka Cita dan duka Cita karena meningalkan kuliah demi Perjuangan Pembebasan Nasional.  

Waktu itu Mahasiswa Papua yang ada di Tanah Air maupun datang dari luar Exsodus melakukan Kongres 1  Komite Nasional Papua Barat (KNPB) di Kampung Harapan Kota Jayapura Papua. Dalam Kongres 1 KNPB, Hubertus Mabel terpilih sebagai ketua Komisariat Militan dengan  melihat sikap militansi yang tinggi, dan Moto Hidupnya Hubertus Mabel "Indonesia Musuh Abadi" oleh sebabnya Hubertus di berikan mandat dalam forum tertinggi untuk menjalankan tugas organisasi demi mengakhiri Perjuangan Rakyat tentang Kemerdekaan. 

Hubertus Mabel dengan semangat dan Jiwa Militansi yang agresif untuk Perjuangan Papua Merdeka, Hubertus Mabel diberikan Kepercayaan menjadi Panitia Kinferensi Tingkat Tinggi Tentara Pembebasan Nasional  Organisasi Papua Merdeka ( KTT_TPN_OPM) Pada tahun 2012 di Biak Papua. Hubertus Mabel Berhasil mengkonsolidasikan gerakan Perjuangan Militer maupun Sipil di seluruh Tanah Papua, untuk hadir dalam pelaksanaan  Kongferensi Militer, maka konferensi itupun sukses melahirkan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) sebagai militer West Papua untuk Perjuangan Papua Merdeka. 
Dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT TPNPB) melahirkan Sosok Panglima Nasional yaitu; (Goliar Naman Tabuni). 

Setelah Konferensi Tingkat Tinggi selesai di biak, Hubertus pulang ke Jayapura, militer Kolonialisme indonesia mulai ketahui bahwa otak di balik persatuan militer West Papua (TPNPB) adalah Hubertus Mabel, dan Hubertus masuk dalam daftar perncarian Orang (DPO) oleh Polda Papua. Hubertus Mabel merasa tidak aman ke Wamena melintasi jalan darat  tiba di wamena kampung Peleaput bertemu orang tua pertahanan dan disana sekitaran 1 bulan. Tidak lama kemudian Hubertus Mabel ke Lani Jaya dengan tujuan melakukan pertemuan dengan Panglima TPNPB (Goliat N Tabuni), habis pertemuan itu selesai Hubertus pulang ke wamena di bekap oleh Pasukan TPNPB batalyon  "Ap Ane" sampai tiba malam Kampung Peleaput. 

Pada saat itu juga aktivis KNPB balim di tangkap termasuk 2 ketua KNPB balim Boy S  Daby  & Ketua KNPB Yalimo Wene Helakombo, disitulah titik  lemah Hubertus Mabel di tangkap dan menemtembak oleh militer Densus 88  utusan Polda Papua  dengan mengatur siasat mafia dengan mengedepankan  watak kanibalisme untuk mengorbankan tubuh Hubertus Mabel. 


Setelah ketua KNPB Balim dapat tangkap pada tanggal 15 desember 2012 pukul 12, 16 WPB oleh Densus 88, di Wamena  distrik Hubikosi Kampung kulagaima, militer Indonesia membawah ketua KNPB Balim ke polres  Wamena Kota dan pada saat itu mereka atur siasat untuk menjebak Hubertus Mabel melalui Pengurus KNPB yang sudah tertangkap. 

Informasi penangkapan Ketua KNPB balim Boy Daby sudah di telingah Hubertus, disitulah Hubertus mulai di lematis dan tidak lama kemudia pagi subu  pada pukul 06.00 ada nomor baru telefon Hubertus mabel, ternyata yang telfon itu ketua KNPB yang sudah tertangkap dan Hubertus tanya kamu sudah bebas kah?
 Jawabanya kami lari dari polres dengan beberapa kawan dan sekarang ini posisi kami di pasir putih mumi, kami minta bantuan untuk jemput pakai kendaraan roda 4 agar orang  tidak curiga, setelah itu Hubertus Mabel telfon ketua KNPB Yalimo untuk menjemput teman-teman yang melarikan diri dari polres Wamena Kota. Bagitu Hubertus telefon ketua KNPB Yalimo, lansung bergerak menuju ke mumi pasir putih namun sayangnya disana ada militer gabungan bersiap untuk menyemput kedatangan Wene Helakombo ketua KNPB Yalimo dan disitulah Wene di tangkap.

Habis Ketua KNPB Yalimo di tangkap militer Densus 88 sambil menodong senjata kepada Wene untuk telfon Hubertus Mabel untuk naik dari kampung Peleaput ke distrik Kurulu kampung milima dengan alasan kita amankan teman-teman yang lari dari polres ke kabupaten Lani Jaya, akhirnya Hubertus mengambil sikap Revolusionernya melintasi jalan kaki dari kampung peleaput ke milima  dalam 30 menit bersama Orang tua Pertahana yaitu  Fitalis Iyaba, Anggota Militan 3 orang yaitu, Nubert Surabut,  Natalis Alua, Fransina Iyaba. 

Sampai tiba di milima disitu  ada mobil strada milik ketua KNPB Yalimo yang didalamnya 6 orang densus 88, 1 banpol,  dengan ketua KNPB sendiri. Sebenarnya militer Indonesia tidak tau ciri-ciri Hubertus Mabel tetapi yang memberikan petunjuk oleh banpol bahwa Hubertus Mabel pakai paju tangan panjang garis garis putih hitam, pakai  topi rasta pegang pisau. Dan pada saat itu juga Hubertus dengan 4 orang mendekati mobil, densus 88 utusan Polda Papua mulai bereaksi untuk turun dari atas mobil strada mengeluarkan dempakan ke arah Hubertus Mabel bersama 4 orang tetapi peluru itu tidak ada yang kena, pada saat itu juga Hubertus beritau kepada orang tua pertahanan Fitalis Iyaba dengan putri Fransina Iyaba untuk mundur dan 3 orang termasuk Hubertus Mabel di tangkap. 

Setelah Hubertus di tangkap bersama 2 orang anggota Militan, Hubertus di tembak bagian lutut kiri & kanan, dalam perjalanan menuju ke kota densus 88 tikam Hubertus Mabel bagian leher dekat pundak belakang. 
Dan Sang Revolusioner di bunuh lalu buang tempat Hubertus di tangkap juga, akhirnya orang tua pertahanan Batalyon Ap Ane, jemput jenaza dan di makamkan. 

Itulah singkatnya riwayat hidup Sang Revolusioner (HUBERTUS W MABEL) 
Tempat tragedi penembakan sadis terhadap (HUBERTUS W MABEL), di Wamena distruk Kurulu kampung Milima tempat lahir besar Hubertus Mabel pada tanggal 16 desember 2012, siang pukul 12,17 WPB. 
Dan sekarang sudah memasuki usia 10 tahun kematian Tokoh Politik Bangsa West Papua (Hubertus Mabel) tanggal 16 Desember 2012 _ 16 Desember  2022. 
Jiwa, raga, bahkan Nyawa Hubertus Mabel hanya di persembahkan untuk Perjuangan Pembebasan Tanah Air, dan sikap militansinya bertekad pada Hukum Revolusi. 

Penulis Riwayat Hidup Sang Revolusuoner (Hubertus Mabel) Oleh; Aktivis GempaR Papua (Varra Iyaba).







Kamis, 08 Desember 2022

Memperingati 8 Tahun Tragedi Paniai Berdarah 08 Desember 2014_08 Desember 2022.

FURUM KOMUNIKASI MAHASISWA/I KAB. PANIAI SE-KOTA JAYAPURA WEST PAPUA. 
___________________________________
MELAWAN LUPA 08/12/2014_08/12/2022
Thema: Memperingati 8 Tahun Tragedi Paniai Berdarah 08 Desember 2014_08 Desember 2022. 

Memperingati 08 Tahun Tragedi Paniai Berdara di lakukan  pada 08 Desember 2022, di depan halaman Asrama Paniai Kota Jayapura West Papua.

Dalam kesempatan itu ada tuntutan Mahasiswa/i asal Paniai Kota Studi Jayapura West Papua sebagai berikut:
1. Kami Mahasiswa/I Paniai menolak dengan tegas sidang kasus Paniai Berdara, yang menetapkan 1 orang tersangka sebagai pelaku tragedi Paniai Berdara 08 desember 2014. 
2. Kami Mahasiswa/I Paniai mendesak kepada Polri sebagai penegak Hukum menangkap dan mengadili pelaku, karena penembakan tersebut sistem Komando Militer.
3. Kami Mahasiswa/I Paniai Mosi tidak percaya terhadap KOMNAS HAM RI dengan proses penyelidikan Kasus tidak sesuai Fakta & Data di Lapangan.
4. Kami Mahasiswa/I Paniai menyatakan bahwa pengadilan HAM hanyalah pengdilan sandiwara yang hanya ingin memjawab desakan Dewan HAM PBB. 
5. Kami menolak hasil sidang gabungan KOMNAS HAM RI di Makasar. 

Dalam kesempatan memperingati tragedi Paniai Berdara, hampir seluruh mahasiswa/I Papua lebih spesifiknya Mahasiswa/I menyatakan bahwa Hukum indonesia sedang melakukan praktik diskriminasi & rasial dalam ruang pengadilan. Dan tidak ada keberpihakan hukum terhadap korban tragedi Paniai berdara 2014, Wamena 1977-2001-2002-2003, Biak berdara 1998, Nduga berdara 2018 sampai 2022, intan Jaya berdara 2019 _ 2022, dll. 
Satu-pun Persoalan pelangaran Hak Asasi Manusia (HAM) di West Papua tidak pernah negara kolonialisme Indonesia selesaikan di pangadilan dan tidak pernah sahkan rentetan setiap tragedi sebagai pelangaran HAM di KOMNAS RI. Dan itu bukti bahwa Hukum Republik Indonesia berpihak pada aparatur TNI/POLRI sebagai pelaku kejatahan kemanusiaan di West Papua.  

Melihat dengan Praktik Hukum Republik Indonesia Rasis, diskriminasi terhadap Rakyat Papua Kami menyatakanbDalam kesempatan memperingati tragedi Paniai Berdara, seluruh Mahasiswa & Mahasiswi Papua  bahwa hanya satu Solusi yaitu; West Papua Kita harus Mengakhiri Kemerdekaan. 

Sumpen Oleh: Varra I

#HUKUM_RI_RASIS
#HUKUM_RI_MATI
#Berjuang_Papua_Pasti_Merdeka

Rabu, 07 Desember 2022

Info Darurat "Operasi TNI/POLRI terhadap Masyarakat Sipil Kepulauan Yapen Papua"

Info Darurat "Operasi TNI/POLRI terhadap Masyarakat Sipil Kepulauan Yapen Papua"
Aparat TNI/POLRI lakukan penyisiran di kampunng Kaonda,distrik Windesi Kabupaten kepulauan Yapen Papua.
Penyisiran di mulai dari tanggal 30 September 2022 sampai 7  desember 2022 Kepulauan Yapen, dan Masyarakat Menggungsi ke hutan dan kondisi saat masih berada di tengah hutan. Masyarakat Yapen takut keluar dari  hutan karena TNI / POLRI Melakukan Operasi dari rumah ke rumah  & penembakan membabi buta terhadap masyarakat di kampunng Kaonda, distrik Windesi Kabupaten kepulauan Yapen Papua. 

Kondisi saat ini masyarakat yang menggungsi masih ada di tengah hutan di dalam kem-kem penggungsian. 
Rumah-rumah warga di bakar sampai mengeluarkan tembakan sembarangan, akhirya masyarakat takut akan kena tembakan dan masyarakat melarikam diri ke hutan melundungi diri. 

Operasi gabungan oleh TNI/POLRI Ankatan laut maupun darat dan ada JugaPenambahan Anggota TNI/POLRI dari kabupaten Biak.
Kata Masyarakat; kami meminta kepada semua pihak mohon Advokasi karena kami tadak tau Tujuan Operasi Gabungan  TNI/POLRI kami masyarakat Belum mengetahui  apa yang menjadi target TNI/POLRI melakukan penembakan & operasi ini. 

Mohon Advokasi semua Pihak🙏🏾
Yapen Darurat Militer😭

Sabtu, 03 Desember 2022

"Kuliah Umum"APA PERAN MAHASISWA PAPUA SEBAGAI AGEN KONTROL SOSIAL? Mahasiswa adalah kelas Elit dalam struktur Sosial, dan Peran mahasiswa dalam masyarakat dikenal sebagai agent of change (agen perubahan) atau ujung tombak bangsa untuk membawah perubahan kondisi sosial.

"Kuliah Umum"
APA PERAN MAHASISWA PAPUA SEBAGAI AGEN KONTROL SOSIAL? 
Mahasiswa adalah kelas Elit dalam struktur Sosial, dan Peran mahasiswa dalam masyarakat dikenal sebagai agent of change (agen perubahan) atau ujung tombak bangsa untuk membawah perubahan kondisi sosial.

Pendidikan bersama di lakukan pada 03 Desember 2022 di Aula asrama Nayak 1 Kamkey Abepura Jayapura West Papua.

Peran Mahasiswa sebagai agen Perubahan (Egent of Change)  itu tidak terlepas dari  Tri Darma yaitu;
1. Pengembangan
2. Penelitian
3. Pengabdian 

Dalam pendidikan berlangsung ada banyak kawan-kawan yang menyampaikan pendapat  bahwa merubah pola hidup dan cara pandang kita dengan Membaca, Diskusi, Aksi, dan Refleksi. Agar Mahasiswa melakukan tindakan perubahan sosial tersistematis,  terstruktur, terdidik untuk mendidik Rakyat tertindas dari cengkraman sistem penindasan itu sendiri. 

Landasan Berpikirnya bahwa pendidikan kritis sangatlah penting untuk membangun kesadaran politik atas reaksi imperialisme monopoli, yang terus keruk hasil bumi West Papua tanpa. Dan melihat juga West Papua saat ini menjadi wilaya sengketa bagi negara pemodal dengan unsur kepentingan nilai lebih. Pendidikan alternatif yang akan menentukan kesadaran politik secara totalitas untuk Pembebasan nasional Bangsa West Papua. 
Mahasiswa salah satu kelas tertindas yang harus memberikan kurikulum pendidikan Revolusioner agar mahasiswa tersebut membangun gerakan perlawanan di kampus secara masif. 

Tujuan kuliah umumnya untuk membangun kesadaran politik pembebasan Nasional bangsa West Papua terhadap sebagai ujung tombak bangsa tertindas. Gerakan mahasiswa akan hidup ketika ada mahasiswa terdidik dan tuntas dengan kesadaran politik Pembebasan Bangsa West Papua. 

"Lenin" Gerakan Revolusioner tak akan pernah ada tanpa teori Revolusi.
"Paulo Freire" Pendidikan alat perlawanan dan gerbang Pembebasan Manusia.

Rakyat tertindas berikan Pendidikan dan kesadaran politik pembebasan  tanpa batas, guna menentukan kesadaran untuk perlawana terhadap kejamnya kolonialisme indonesia, kapitalisme, dan imperialisme monopoli. 

Melihat dengan hancurnya kurikulum kolonialisme indonesia, sangat penting membangun komunitas literasi sebagai alternatif pendidikan untuk kepentingan pembebasan cara pandang dan merubah pola hidup masyarakat tertindas.  
Cara pandang & pola hidup masyarakat tidak akan pernah berubah kalau tidak ada gerakan penyadaran serta pendidikan non formal, Pandangan kita yang akan menentukan pola hidup manusia. 

Gerakan politik akan kuat ketika rakyat memiliki kesadaran politik pembebasan dan rakyat terdidik dengan pendidikan non formal. 
Di Papua sangatlah krisis Analisa kelas tertindas, karena tidak ada satu organisasi politik yang mengorganisir kaum Tani, Nelayan, Buruh, Mahasiswa, kaum marjinal, anak Aibon, Mama Pasar, dan masyarakat Adat. Pengorganisir belum berjalan itu bukti bahwa kaum Revolusioner tidak kerja sebagai tugas pokok perjuangan, padahal organisir rakyat tertindas itu hal yang paling fundamental dalam gerakan perjuangan Pembebasan Nasional. 
Saya jakin dan percaya bahwa Rakyat sadar, terdidik, terorganisir dalam organisasi Revolusioner akan menentukan nasip Bangsa West Papua. 

PENDIDIKAN SEBAGAI GERBANG PEMBEBASAN!!
PENDIDIKAN ALTERNATIF AKAN MENENTUKAN NASIP POLITIK RAKYAR!!
PENDIDIKAN TANPA BATAS!!
BERJUANG SAMPAI MENANG!!


Minggu, 20 November 2022

"PERAN_MAHASISWA_PAPUA"Mahasiswa adalah kelas Elit dalam struktur masyarakat, dan Peran mahasiswa dalam masyarakat dikenal sebagai agent of change (agen perubahan) atau garda terdepan untuk membawah aspiratif Rakyat.

    "PERAN_MAHASISWA_PAPUA"

Mahasiswa adalah kelas Elit dalam struktur masyarakat, dan Peran mahasiswa dalam masyarakat dikenal sebagai agent of change (agen perubahan) atau garda terdepan untuk membawah aspiratif Rakyat. 
Mahasiswa merupakan penggerak perubahan ke arah yang lebih baik & Progresif untuk membawah kestabilan kondisi sosial masyarakat. Melalui pengetahuan, ide, gagasan, dan keterampilan yang dimilikinya, mahasiswa bisa menjadi lokomotif kemajuan. 
Slogan Mahasiswa ( Tri Darma Mahasiswa) Penelitian, Pengembangan dan,  Pengabdian kepada Masyarakat. 

Namun dinamika kini, mahasiswa Papua menjadi kutu kos, kampus, dan kanti atau (K3), diatas gempuran dan penderitaan Rakyat Papua di Tanah Airnya sendiri. Mahasiswa menjadi apatis serta pasif atas situasi faktual agresif kolonialisme indonesia terhadap rakyat tertindas di papua. Mahasiswa papua kehilangan identitas dengan situasi eofuria hegemonik kolonialisme indonesia  ciptakan untuk menghancurkan eksistensi kehidupan Rakyat West Papua. 

Mahasiswa sebagai  objek pandang Rakyat atau kelas elit dalam struktur sosial, harus mengkritisi atas kebijakan oligarki yang lebih cenderung kepentingan modal. Tanggun jawab Mahasiswa Netralisir situasi objektif didalam Gempuran politik Rakyat dan politik elit politikus berdasi basi, berwatak oportunis & nepotisme. 
Idealisme Mahasiswa adalah kemewahan yang harus di manfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, bukan untuk kepentingan Elit Politik birokrat bernafsu otoritas kekuasaan jabatan dan uang . Tenaga manusia produktifnya di eksploitasi oleh sistem kolonialisme dengan tawaran jabatan, uang, dan harta benda lainya. 

Disini ada 3 tipe mahasiswa yaitu;
1. Mahasiswa Pasif
2. Mahasiswa Nasionalis 
3. Mahasiswa Pro Rakyat atau Pelopor aspiratif Rakyat Papua.

#. Mahasiswa Pasif?
Mahasiswa pasif adalah mahasiswa yang memiliki jiwa menerima situasi objektif dengan lapang dada yang tulus atas insiden yang terjadi di depan matanya. Mahasiswa pasif sesungguhnya mahasiswa jinakan orang tua dan negara, pada akhirnya sifat apatisme dan tidak peduli dengan situasi real menejermakan di depan publik. 

Dalam situasi krusial pun mahasiswa pasif tidak akan pernah berpikir untuk mengatasi situasi itu yang baik, tetapi dia menerima saja apa yang terjadi tanpa memikirkan apa tugas dan tanggun jawabnya. Mahasiswa apatis ini akan selalu berpikir buruk tentang situasi eofuria atas rel yang sudah disiapkan oleh sih penghisap dan  pemeras yaitu, Kapitalisme monopoli.

#Mahasiswa Nasionalis?
Mahasiswa Nasionalis adalah mahasiswa berwatak  nepotisme & oportunisme dengan situasi objektif di Papua. Mahasiswa nasionalis itu, Situasi krusial akan ai menyikapi namun dia didorongan  dengan indikasi tertentu yang menyebabkan ia untuk merespon, karena nasionalismenya akan dia politisir insiden yang terjadi. 

Mahasiswa Nasionalis selalu menjadikan setiap isu-isu rakyat untuk kepentingan proyek atau kepentingan akumulai modal. 
Dan mahasiswa nasionalis menjadikan isu Rakyat itu tempat dimana ia mencari popularitas dirinya untuk masa depan jabatan & kekuasaan untuk memperkokoh sistem yang menindas itu juga.  

Mahasiswa Nasionalis itu masa persiapan kolonialisme untuk memperluasan basis penguasaannya, dan tenaga produktifnya untuk memuluskan sistim administrasi kolonialisme itu sendiri. Mahasiswa Nasionalis sesungguhnya kader_kader Negara kolonialisme untuk menjaga stabilitas negara itu sendiri.

Eksistensi mahasiswa paham nasionalis menyebabkan Gempuran politik Rakyat Papua tentang Pembebasan Nasional Bangsa Papua Barat. Dan mempertahankan kolonialisme untuk melangenkan kepentingan imperialisme membuka Ladang eksploitasi sumber Daya Alam (SDA), di Papua.

#Mahasiswa Pelopor atau pro Rakyat.
Mahasiswa pelopor adalah mahasiswa menjadi agen sosial politik untuk memperjuangkan kelu kesah dari pada Rakyat itu sendiri. Mahasiswa pelopor adalah masa persiapan pejuang Revolusioner bangsa dalam organisasi Pembebasan Nasional Papua Barat. 

Mahasiswa pelopor akan selalu sterilkan kebenaran atas kebijakan oligarki dengan penuh kecenderungan kepentingan Ekonomi politik imperialisme. 
Ketika Mahasiswa Pelopor selesai di bangku kuliah, yang pastinya ia akan terorganisir didalam organisasi Perjuangan Bangsa Papua karena dia tahu bahwa saya benih organisasi Revolusioner.

Melihat dengan Peran Mahasiswa sanggatlah penting dalam struktur sosial untuk melakukan  pengabdian kepada Masyarakat, atas dasar kelu kesahnya masyarakat itu sendiri. 

Situasi di Papua mahasiswa bagian terpenting mengambil peran atas realitas penindasan dan penghisapan, karena tanpa mahasiswa tidak ada harapan hidup bagi Rakyat Papua. 

Ibaratnya mahasiswa adalah  ibu kandung bay yang harus ibunya  memberi perhatian penuh dalam proses membimbing dan mengawasi.  
Jika tidak di beri perhatian, harapan hidup baynya akan hancur seiring waktu berjalan. Maka dengan itu Mahasiswa bagian terpenting menjadi objek pandangan untuk setiap dinamika sosial politik yang sedang merajalelah di Tanah Air Papua Barat.

Oleh: Varra Iyaba

#HIDUP_GempaR_Papua
#PAPUA_BUKAN_TANAH_KOSONG
#TUTUP_MATA_LAWAN_BALIK✊