Bedah Film Tanah Tabi
Solidaritas Tanpa Batas Papua (STBP), di Kota Jayapura.
Alamat Sek: Jln. P3 Waena Jayapura
__________________________________________
"Papua Bukan Tanah Kosong"
"Tanah Air Milik Kita"
Dalam proses bedah film Tanah Tabi banyak Mahasiswa hadir dan nonton film menyesal dengan keadaan hari ini di Tanah Papua.
Dan Film Tanah Tabi juga memberikan banyak penyadaran serta pencerahan logika mahasiswa bahwa Tanah itu penting untuk melindungi dan merawat karena Tanah yang memberikan kehidupan bagi kita.
Tanah tidak harus di jual tetapi Tanah Adat itu harus di kelola oleh masyarakat Adat untuk memberikan kesejahteraan, kemakmuran, dan menopang dalam kehidupan anak, keluarga, dan bangsa yang besar. Tanah masyarakat Adat itu kita bisa kelola dengan sistem kontrak, buat tempat wisata, bertani, buat kolam ikan, dan pada intinya kita menciptakan lapangan kerja sendiri tanpa kita harus jual Tanah. Kalau kita jual Tanah itu kita mengancam nyawa anak cucu kita, karena 50 tahun kedepan anak cucu kita akan kehilangan hak hidupnya.
Contohnya banyak masyarakat Adat Papua di beberapa daerah mengalami kehilangan Tanah Adat sepertinya, di kerom PT Tandan Sawita Papua Gelora Sinuraya menghasilkan 1.800 ton minyak mentah per hari. MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate) yang mulai dilaksanakan sejak 2010 telah mengakibatkan terjadinya perampasan hak-hak atas tanah dan pelanggaran hak asasi manusia masyarakat adat di Merauke. Proyek MIFEE ini telah berdampak dan mengancam keberadaan hak-hak masyarakat adat. Masyarakat adat di Lembah Grime Nawa, Papua hidup dari berburu, meramu dan berkebun. Mereka hidup dari hutan, Dalam beberapa tahun belakangan ini masyarakat was-was karena perkebunan sawit mulai membuka hutan adat mereka. Masyarakat Lembah Grime Nawa tak ingin kehidupan mereka tercerabut kehadiran perkebunan monokultur ini. Dan banyak sekali masyarakat mengalami tantangan buruk dari setiap investasi yang masuk ke Tanah Papua.
Dan Solidaritas Tanpa Batas Papua (STBP) melakukan pembedah Film Perampasan Tanah Adat dengan maksud, untuk memberikan pendidikan dan penyadaran agar Tanah itu sumber kehidupan manusia yang harus di rawat dan di lindungi dari ancaman industrialisasi global.
Tanah yang memberikan makan kepada kita manusia, maka kita tidak harus menjual Tanah kepada para investor sebagai pelaku penindas Rakyat Papua.
Banyak kawan-kawan yang update situasi yang di berbagai daerah di Papua dengan banyak perampasan Tanah yang di lakukan atas nama pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Bahasa Pembangunan dan Kesejahteraan menjadi slogan perampasan Tanah Adat, peninghisapan, penindasan, dan pemusnahan ras dan Etnis orang melanesia di West Papua. Watak negara indonesia sesungguhnya Kapitalisme yang selalu mengedepankan mencari nilai atau Kapital, dengan watak akumulasi modal itu menciptakan konflik horizontal maupun fertikal sesama orang West Papua.
Perampasan Tanah Masyarakat Adat menjadi ancaman serius di Papua tetapi semua Elit Politik birokrasi Papua berdangsa di atas mimbar politik berbicara tentang jabatan untuk menciptakan kemakmuran privasi.
Kamu jual Tanah, jangan melahirkan anak karena anak itu mau hidup dimana?
Kamu tidak sadar kalau kamu serahkan nyawa anak kepada perusahaan untuk di bunuh, dimiskinkan, dan di marginalkan.
Jayapura 07_03_2023
#PAPUA_BUKAN_TANAH_KOSONG
#TANAH_AIR_MILIK_KITA
#TUTUP_MATA_LAWAN_BALIK
#HIDUP_STBP
#HIDUP_GempaR_Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar