Anak kecil kah!
Ko bukan saya punya anak kecil, saya bukan ko punya anak kecil. Tiap-tiap dan masing-masing atur kekuatan menentang kebiadaban penjajah menciptakan kejahatan kemanusiaan di West Papua.
Fokus kerja kita pada keputusan organisasi perlawanan agar tidak terjebak dalam produk hegemonik penjajahan. Sistem lawan sistem, program lawan program, hegemoni lawan hegemoni, opini lawan opini, dan saling merasuki agar bentrokan nasional membawah kemenangan bagi rakyat tertindas.
Penindasan bukan sesuai yang di takdirkan oleh Tuhan, tetapi penindasan akan kami hancurkan dalam sekejap jikalau fokus kerja kita pada program organisasi. Organisasi adalah pedang perjuangan rakyat Papua untuk memutuskan mata rantai penindasan, penghisapan, marginalisasi, diskriminasi rasial, dan penderitaan manusia.
Kacamata kolonialisme indonesia terhadap rakyat papua adalah monyet, tikus, anjing, babi, gerombolan, KKB, Separatis, teroris dan manusia tidak beradab di dunia. Itulah stigma negara indonesia terhadap rakyat Papua selama ini, dan sampai kapanpun negara tidak akan pernah menghargai orang Papua sebagai manusia ciptaan Tuhan yang mulia, tetapi mereka akan melihat kita manusia tidak beradab di muka bumi. Penindasan terhadap manusia sebagai ladang penghisapan Sumber daya Alam Papua, penindasan akan terus subur selagi negara-negara kapitalisme masih mempunyai kepentingan di Tanah Papua. Penindasan itu warisan kapitalisme demi mencari nilai lebih di negara dunia ketiga, dan indonesia hari ini dijadikan pelacur negara dunia pertama demi kepentingan Modal/kapital.
Seluas Tanah Papua 42 juta hektar di di dominasi perusahaan 9053, itu bukti bahwa kedudukan indonesia diatas Tanah Papua ini kepentingan hanya penanaman modal dan mencari nilai lebih, bukan untuk membangun, mensejahterakan, kemarmuran, dan keadilan sosial bagi orang Papua. Sisa tanah dari 42 juta hektar hanya 11 juta hektar, dan 29 juta hektar dirampas oleh penjajah Kolonialisme, Kapitalisme, dan Imperialisme monopoli.
Orang Papua di adu domba dengan politik birokrasi kolonial indonesia dengan tujuan menciptakan pemusnahan ras lebih cepat, agar segala sumber daya Alam menguasai dan menguras. Setiap pemilu kada di Papua tercipta konflik horizontal sesama suku, ras, dan agama itu semua karena politik skenario penjajah demi kepentingan mencari nilai lebih/ Kapital. Seluruh Rakyat Papua di arahkan untuk merebut jabatan, TNI, POLRI, SATPOL PP, CPNS, DPRP, MRP, dan GUBERNUR agar orang Papua sendiri menjadi pilar penindasan di atas negeri sendiri.
Suara Rakyat Papua menuntut Kemerdekaan Bangsa Papua di tutup dengan politik birokrat Kolonial agar Penjajah memuluskan kepentingan investasi di Papua. Dan tuntutan orang Papua terjadi demoralisasi karena faktor orang Papua sendiri memperkuat sistem penjajahan demi menjaga eksistensi penindasan di Papua dan itu semua masih dalam skenario Penjajahan. Perjuangan rakyat Papua dari tahun 1961 tidak maju-maju bukan karena Pejuangan-pejuang Papua itu bodoh, tetapi yang paling bodoh adalah orang Papua yang memeluk sistem penindasan didalam birokrasi hari ini. Karena mereka menjadi pilar-pilar penindasan, penghisapan, diskriminasi, marginalisasi terhadap rakyat Papua itu sendiri.
Penulis Oleh: VI
#PAPUA_BUKAN_TANAH_KOSONG
#TANAH_AIR_MILIK_KITA
#TUTUP_MATA_LAWAN_BALIK
0 komentar:
Posting Komentar